Tadulako Hotel and Business Center

Tadulako Hotel and Business Center adalah sebuah pembangunan fungsi campuran (mixed-use) berkonsep taman dengan beragam campuran fungsi layaknya “semerbak bunga di taman / puspawarna” dalam berbagai skala ruang yang humanis dan harmonis. Sebuah anyaman ruang luar dan dalam yang mengintergrasikan hotel, gedung pertemuan, dan pusat perbelanjaan dengan manusia, alam dan rasa. Menghadirikan “pengalaman meruang” yang unik, kontekstual, atraktif dan berkelanjutan. 

 

Desain terinspirasi dari visi & kebutuhan ruang + konteks lokasi = solusi. Fasilitas merupakan sebuah pengembangan usaha Univ. Tadulako dengan beragam kebutuhan fungsional, utamanya Hotel Bintang 4, Pusat Perbelanjaan, dan gedung pertemuan. Disamping itu, Secara khusus Tapak berada ditengah kota dengan skala yang humanis (dominan bangunan bertingkat rendah s.d. sedang 1-7 lantai. Sedangkan secara umum Sulawesi Tengah dikenal dengan Negeri Seribu Megalith. Sehingga, desain ini menghadirkan desain yang mampu mewadahi seluruh kebutuhan fungsi dengan skala yang tetap humanis, membaur dengan ruang kota. Melalui anyaman ruang luar dan dalam, layaknya “berjalan di taman diantara beragam megalith”.

Terdapat beragam campuran fungsi sesuai dengan kebutuhan ruang masing-masing fungsi utama yang saling terhubung dan tetap independen disaat yang bersamaan. Sebaran fungsi berdasarkan zona tematik dan hirarki ruang. Semakin ke belakang dan ke atas ruang-ruang bersifat semakin privat dan “menyatu / massa solid”. Sedangkan semakin kedepan ruang bersifat semakin publik dan “permeable / massa tersebar”. Tinggi bangunan pusat perbelanjaan 2 lantai, gedung pertemuan 3 lantai, dan hotel 6-7 lantai dengan ketinggan maksimal 30m. mempertimbangkan esiensi fungsi, keselarasan dengan ruang kota, kebencanaan dan kemudahan dalam pembangunan.

 

Pembentukan massa merupakan hasil dari anyaman ruang luar dan dalam. Menjalin anatara bangunan, landscape dan ruang kota menciptakan pengalaman ruang yg unik, membaurkan bangunan dengan ruang kota (harmonis) . Bangunan dibagi menjadi 5 zona utama, yaitu : pusat perbelanjaan, hotel bintang 4, gedung pertemuan, green plaza dan sanggar. Pembagian ke 5 zona ini berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan karakteristik fungsi utama dengan berbagai skala ruang

Merayakan cahaya, udara, air, tanah, dan tanaman. Mempertahankan ragam penghijauan dalam berbagai skala. Massa yang tersebar memudahkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Dilengkapi dengan Roof dan sky garden pada setiap lantai yang menjaga ratio ruang terbuka hijau hingga 70%, sekaligus sebagai rain water harvesting. Pada beberapa bagian terdapat panel surya sebagai upaya mandiri energi.

Mempertimbangkan karakter bahwa bangunan ini merupakan perpanjangan usaha institusi perguruan tinggi. Sehingga ruang yang disediakan sebaiknya tidak hanya dapat mewadahi fungsi ekonomi semata, tapi juga fungsi edukasi, vokasi, dan inovasi. (enhancing kampus vibes). Menyediakan ruang ekonomi yang bervariasi, bauran toko internasional dengan UMKM Lokal. Dengan koridor Berkonsep “selasar” atau ruang semi indoor/outdoor mengurangi penggunaan AC untuk koridor. Penerjemahan esensi lokal melalui skala ruang : massa kecil-kecil jamak di depan, massa cukup besar memanjang di belakang, dan massa panggung bertingkat sebagai hotel diatas podium. Bangunan yang dulunya berfungsi sebagai sanggar ilmiah difungsikan kembali sebagai galeri karya mahasiswa / umum, dan ruang luarnya digunakan sebagai area diskusi terbuka / event space (amphiteater)

Bangunan hotel terbagi kedalam massa 3 bangunan utama untuk memenuhi kebutuhan jumlah kamar, kenutuhan ruang untuk area publik, menjaga skala agar tidak massif. Pembagian massa ini jga memungkinkan adanya pembangunan bertahap dan jarak bebas antar bangunan. Massa itengah difungsikan untuk lobby dan lounge, dan sisi2nya untuk fasilitas publik penunjang. Untuk tipe kamar disebar pada setiap masa bangunan dilengkapi dengan sky garden.

 

Belajar dari arsitektur lokal. Sulawesi Tengah memiliki karakter arsitektur tradisional yang beragam. Kecil-kecil jamak (Rumah Tambi), cukup besar memanjang tunggal (Rumah Lobo), dan bertingkat panggung (Rumah Souraja). Ketiganya ditransformasikan sedemikian rupa untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan fungsi.